Murid Kristus: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen https://jurnal.sttrmk.ac.id/index.php/sttrmk <p>Murid Kristus: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen diterbitkan dua kali dalam 1 tahun (April dan Oktober) oleh Sekolah Tinggi Teologi Rumah Murid Kristus Bitung. Murid Kristus menerima artikel ilmiah dari dosen, mahasiswa, praktisi teologi maupun pendidikan Kristen. Murid Kristus memiliki e-ISSN: XXXX-XXXX. Jurnal ini mempublikasikan artikel hasil penelitian dalam bidang:</p> <p>1. Teologi Praktika<br />2. Teologi Biblika<br />3. Teologi Sistematika<br />4. Sejarah Teologi dan Gereja<br />5. Pendidikan Kristen (Gereja dan Sekolah)</p> en-US <p>About copyright, the authors agree to the following terms:</p> <p><strong>1. Rights of Authors: </strong>The authors retain copyright and other proprietary rights relating to the article. The authors are also permitted to reuse the substance of the article on personal websites, institutional repositories, or other purposes such as further research, lectures, books, or class discussions with an acknowledgment of its initial publication in this journal. </p> <p><strong>2. Warranties from Authors</strong>: The author warrants that the article is original, written by the stated author(s), has not been previously published, contains no unlawful statements, does not infringe on the rights of others, is subject to copyright that is vested exclusively in the author and free of any third party rights, and that the author has obtained any necessary written permissions to quote from other sources.</p> <p><strong>3. License to Publish and Archive</strong>: The authors grant Rumah Kristus: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen the right of first publication and distribution in electronic and print editions of the article simultaneously under <a href="https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/" target="_blank" rel="noopener">Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License (CC BY-NC-SA 4.0)</a>. If the manuscript is accepted to be published, the author should fill, sign and send back the <a href="https://ojs.seabs.ac.id/index.php/Veritas/libraryFiles/downloadPublic/40" target="_blank" rel="noopener">License to Publish Agreement </a>form. The authors also agree to grant Rumah Kristus: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen the right to create and store electronic archival copies of the article.</p> muridkristus848@gmail.com (Anastasia Gabrielle) muridkristus848@gmail.com (Anastasia Gabrielle) Thu, 02 May 2024 10:07:15 +0800 OJS 3.3.0.6 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Kecerdasan Spiritual di Era Post-Truth https://jurnal.sttrmk.ac.id/index.php/sttrmk/article/view/10 <p><em>Spiritual intelligence is the highest form of human intelligence. Spiritual intelligence is needed by every human, especially believers. The post-truth era brings a negative impact where what is considered truth is not absolute truth but rather what is perceived as true without verification and validation processes. The post-truth era poses its own dangers, namely the death of the public's common sense in responding to the overwhelming flow of information. Spiritual intelligence is highly necessary to protect believers from the exposure of the post-truth era. John 8:32 serves as the foundation for building and enhancing spiritual intelligence within the lives of believers because the absolute truth of God's Word brings freedom. The Church is also called to actively engage in enhancing the spiritual intelligence of Christian believers through various biblical activities. Using a descriptive qualitative method, this research will expose the importance of spiritual intelligence built on the foundation of John 8:32 for the lives of Christian believers. John 8:32 explains that when Christian believers know the true truth, it will set them free amidst this post-truth era.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan tertinggi manusia. Kecerdasan spiritual dibutuhkan oleh setiap manusia terutama jemaat orang percaya. Era <em>post-truth </em>mendatangkan sebuah dampak negatif di mana hal yang menjadi kebenaran bukanlah kebenaran absolut melainkan kebenaran yang dirasa benar tanpa adanya proses verifikasi dan validasi. Era <em>post-truth</em> membawa bahaya tersendiri, yaitu matinya nalar umum masyarakat dalam merespon derasnya aliran informasi. Kecerdasan spiritual adalah hal yang sangat dibutuhkan untuk melindungi jemaat orang percaya dari paparan era <em>post-truth. </em>Yohanes 8:32 adalah dasar untuk membangun dan meningkatkan kecerdasan spiritual di dalam kehidupan jemaat karena kebenaran absolut Firman Allah-lah yang memberikan kemerdekaan. Dengan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini akan mengekspos betapa pentingnya kecerdasan spiritual yang dibangun dengan fondasi Yohanes 8:32 bagi kehidupan jemaat Kristen agar jemaat dapat mengerti kebenaran sejati. Yohanes 8:32 menjelaskan tentang saat jemaat Kristen mengenal kebenaran sejati, maka kebenaran sejati tersebut akan membebaskan jemaat Kristen di tengah era <em>post-truth </em>ini. Gereja juga dipanggil untuk terlibat aktif meningkatkan kecerdasan spiritual jemaat Kristen dengan berbagai kegiatan yang alkitabiah. Gereja dapat menjadikan Yohanes 8:32 sebagai dasar.</p> Daniel Pesah Purwonugroho, Ruth Natalia Susanti Copyright (c) 2024 Daniel Pesah Purwonugroho, Ruth Natalia Susanti https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal.sttrmk.ac.id/index.php/sttrmk/article/view/10 Thu, 02 May 2024 00:00:00 +0800 Telaah Pengaruh Spiritualitas Pemimpin terhadap Perkembangan Kerohanian Kaum Muda https://jurnal.sttrmk.ac.id/index.php/sttrmk/article/view/8 <p> </p> <p>Leaders in the context of the church play a crucial role in guiding and influencing their followers, including the youth. The conclusion drawn from the discussion emphasizes that regardless of whether a leader's influence is positive or negative, they remain figures to be observed and emulated by those they lead. Therefore, the character and closeness of their relationship with God are vital for a leader. A leader must reflect the character of Christ in their personal life and maintain consistent spirituality. This enables leaders to embody and manifest the teachings of the Bible in their daily lives, not just preach them to others. The importance of spiritual leadership is emphasized, as the lack of spirituality or deviation from truth can have negative consequences, especially for those under their leadership, particularly the youth.</p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Pemimpin dalam konteks gereja memiliki peran yang penting dalam membimbing dan memengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, termasuk kaum muda. Kesimpulan dari pembahasan menekankan bahwa baik atau buruknya kepemimpinan seorang pemimpin, dia tetap menjadi figur yang dilihat dan dicontohi oleh orang-orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu, karakter dan kedekatan hubungan dengan Tuhan sangat penting bagi seorang pemimpin. Menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka maka dapat disimpulkan bahwa, seorang pemimpin harus mampu merefleksikan karakter Kristus dalam kehidupan pribadinya, serta memiliki spiritualitas yang konsisten. Hal ini memungkinkan pemimpin untuk merepresentasikan dan mewujudkan ajaran-ajaran Alkitab dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya mengajarkannya kepada orang lain. Kesadaran akan pentingnya kerohanian pemimpin juga ditekankan, karena ketiadaan kerohanian atau ketidaksesuaian dengan kebenaran dapat membawa dampak negatif, terutama bagi orang-orang yang dipimpinnya, khususnya kaum muda.</p> Coral Kolondam, Patricia Daniella Jessica Araro Copyright (c) 2024 Coral Kolondam, Patricia Daniella Jessica Araro https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal.sttrmk.ac.id/index.php/sttrmk/article/view/8 Thu, 02 May 2024 00:00:00 +0800 Implementasi Pemuridan Secara Intensif Sebagai Bagian dari Gerakan Penanaman Jemaat Menurut Matius 28:19-20 dalam Konsep Training for Trainer (T4T) https://jurnal.sttrmk.ac.id/index.php/sttrmk/article/view/7 <p><em>Every God’s people who are called a church are people who through their faith claim to believe in the Lord Jesus as God. As believers are taught to obey God’s Word and are called disciple of Jesus. Discipleship ia an important part of implementing the great commision an accordance with Matthew 28:19-20 wehere the Church as the holder of the mandate has the duty to disciple everyone to become His disciples. And the essence of discipleship is to produce the next disciple in concet T4T. However, it cannot be denied that what is happening now is that believers are in their comfort zone and only focus on church increases, is only because of a transfer of conggregation from one church to another. The disciples produced should continue to work to produce new church plantings. The method udes in this research is a descriptive qualitative method. The purpose of this research is First, to examine the principles of discipleship. Second, steps to build new church plantings thorough the principle of discipleship T4T. Third, raising new leaders based on the principle of discipleship.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Setiap umat Tuhan yang disebut gereja adalah umat yang melalui imannya mengaku percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan. Sebagai orang percaya diajar untuk melakukan Firman Tuhan yang disebut sebagai murid Yesus. Pemuridan merupakan bagian penting dalam pelaksanaan amanat agung sesuai dengan Matius 28:19-20 dimana gereja sebagai pemegang mandat mempunyai tugas untuk memuridkan setiap orang agar menjadi murid-Nya. Dan esensi dari sebuah pemuridan adalah menghasilkan murid selanjutnya, dalam konsep T4T. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa yang terjadi sekarang, orang percaya berada di zona nyaman dan hanya fokus kepada pelayanan gereja dan tidak pergi untuk menghasilkan murid. Sehingga yang terjadi jika gereja bertambah, hanya karena sebuah perpindahan jemaat dari gereja yang satu ke gereja yang lain. Seharusnya murid yang dihasilkan terus berkarya untuk menghasilkan penanaman gereja baru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskritif. Tujuan dari penelitian ini adalah Pertama, mengkaji prinsip-prinsip pemuridan. Kedua, langkah-langkah-langkah membangun penananaman gereja baru melewati prinsip pemuridan T4T. Ketiga, memunculkan pemimpin-pemimpin baru dalam prinsip pemuridan.</p> Bagus Anggoro Rico Yudiantoro, Paulus Kunto Baskoro Copyright (c) 2024 Bagus Anggoro Rico Yudiantoro, Paulus Kunto Baskoro https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal.sttrmk.ac.id/index.php/sttrmk/article/view/7 Thu, 02 May 2024 00:00:00 +0800 Strategi Pembelajaran Guru PAK dalam Menanamkan Nilai Moral dan Spiritual pada Anak Berkebutuhan Khusus https://jurnal.sttrmk.ac.id/index.php/sttrmk/article/view/6 <p><em>Education is a systematic process in which the education system involves cognitive transfer, moral and spiritual values in every child. Learning strategy is a method in learning where when preparing the strategy it is necessary to have creative ideas so that in the learning process carried out can make students feel happy and they can accept every learning well. And they can experience the maximum learning process. This is not only for teachers who are like in general but this is the difference that must be used by Christian Religious Education teachers, namely serving with love and love and instilling a sense of acceptance in children with disabilities. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that, a Christian religious education teacher is an educator who must be able to consider the application of effective learning strategies, because Christian Religious Education teachers have a very important role, in providing or introducing moral and spiritual values to children with disabilities, so that the strategies applied can increase moral and spiritual awareness in children with disabilities. This can have a positive impact on their behavior and personality. And the child can become a strong person. to instill moral and spiritual values in children with special needs.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Pendidikan merupakan suatu proses yang bersifat sistematis yang dimana dalam sistem pendidikan ini melibatkan transfer kognitif, nilai moral dan spiritual pada setiap anak. Strategi pembelajaran adalah suatu metode dalam pembelajaran yang dimana ketika mempersiapkan strategi itu perlu sekali yang namanya ide-ide kreatif supaya dalam proses pembelajaran yang dilakukan bisa membuat para anak didik merasa senang dan mereka bisa menerima stiap pembelajaran dengan baik. Dan mereka bisa mengalami proses belajar yang maksimal. Hal ini tidak hanya untuk guru yang seperti pada umumnya tetapi hal ini yang menjadi pembeda yang harus digunakan oleh guru Pendidikan Agama Kristen yaitu melayani dengan cinta dan kasih dan penanaman rasa penerimaan pada anak berkebutuhan khusus. Menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka maka dapat disimpulkan bahwa, guru pendidikan agama kristen merupakan seseorang pendidik yang harus bisa memepertimbangkan penerapan strategi pembelajaran yang efektif, karena guru pendidikan agama Kristen punya peranan sangat penting, dalam menberikan atau memperkenalkan nilai moral dan spiritual pada anak anak berkebutuhan khusus, sehingga strategi yang diterapkan bisa meningkatkan kesadaran moral dan spiritual pada anak berkebutuhan khusus. Dan bisa berdampak positif dalam perilaku dan kepribadian mereka. Dan anak tersebut bisa menjadi pribadi yang tangguh. untuk menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual pada Anak Berkebutuhan Khusus.</p> Poerti Poerti, Yonatan Alex Arifianto Copyright (c) 2024 Poerti Poerti, Yonatan Alex Arifianto https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal.sttrmk.ac.id/index.php/sttrmk/article/view/6 Thu, 02 May 2024 00:00:00 +0800 Membangun Kebenaran https://jurnal.sttrmk.ac.id/index.php/sttrmk/article/view/5 <p><em>This study investigates the application of Christian ethical principles in the use of social media. Amidst the widespread use of social media platforms, the need for a clear ethical framework has become more pressing. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that key principles, such as integrity, truth, love, and respect for others, can guide more responsible online behavior. The results show that the application of these principles not only improves the individual online experience, but also promotes a healthier and more inclusive digital environment.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Penelitian ini menyelidiki aplikasi prinsip-prinsip etika Kristen dalam penggunaan media sosial. Di tengah penggunaan yang meluas dari platform media sosial, kebutuhan akan kerangka etika yang jelas semakin mendesak. Menggunkan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka maka dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip utama, seperti integritas, kebenaran, kasih, dan hormat terhadap sesama, yang dapat membimbing perilaku online yang lebih bertanggung jawab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan prinsip-prinsip ini tidak hanya meningkatkan pengalaman online secara individual, tetapi juga mempromosikan lingkungan digital yang lebih sehat dan inklusif.</p> <p> </p> Ricky Joyke Ondang, Anastasia Gabrielle Ondang Copyright (c) 2024 Ricky Joyke Ondang, Anastasia Gabrielle Ondang https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal.sttrmk.ac.id/index.php/sttrmk/article/view/5 Thu, 02 May 2024 00:00:00 +0800 Menyingkap Potret Kesetiaan Allah pada Orang Percaya dari Pemaknaan Kaum Pentakostal https://jurnal.sttrmk.ac.id/index.php/sttrmk/article/view/4 <p><em>The Bible places faithfulness as a pre-eminent, sought-after, and highly desired character trait by both God and man. In relation to relationships, loyalty is the currency for a relationship that determines whether the relationship continues to grow or even disbands. This article intends to portray God's faithfulness to believers referring to Romans 3:1-8 from the meaning of Pentecostals. The use of the narrative qualitative method and supported by literature review is expected to provide a directed, thorough, and academically strong description of the biblical narrative about God's faithfulness, the narrative of God's faithfulness in Romans 3:1-8 as well as the portrait of God's faithfulness from the meaning of people Pentecostal. It was concluded that Pentecostals see God's faithfulness directed to His chosen people, God acts faithfully because of His promises, faithfulness is the character of God and the identity that God uses when dealing with humans.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Alkitab menempatkan kesetiaan sebagai karakter unggul, dicari, dan sangat diinginkan baik oleh Allah maupun oleh manusia. Dalam kaitannya dengan hubungan, kesetian merupakan mata uang bagi sebuah hubungan yang menjadi penentu apakah hubungan itu terus bertumbuh atau malah bubar. Artikel ini bermaksud memotret kesetiaan Allah pada orang percaya merujuk pada Roma 3:1-8 dari pemaknaan kaum Pentakostal. Penggunaan metode kualitatif naratif dan didukung oleh kajian literatur diharapkan bisa memberikan gambaran yang terarah, cermat, memiliki pemaparan yang dalam serta kuat secara akademik terkait narasi Alkitab tentang kesetiaan Allah, narasi kesetiaan Allah dalam Roma 3:1-8 juga potret kesetiaan Allah dari pemaknaan kaum Pentakostal. Disimpulkan bahwa kaum Pentakostal melihat kesetiaan Allah terarah pada orang pilihanNya, Allah berlaku setia karena janjiNya, kesetiaan merupakan karakter Allah dan identitas yang Allah gunakan ketika berhubungan dengan manusia.</p> Kosma Manurung Copyright (c) 2024 Kosma Manurung https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal.sttrmk.ac.id/index.php/sttrmk/article/view/4 Thu, 02 May 2024 00:00:00 +0800 Studi Teologis Keluarga Rancangan Allah Berdasarkan Kejadian 2:15-25 https://jurnal.sttrmk.ac.id/index.php/sttrmk/article/view/3 <p><em>This research aims to re-understand God's intention and purpose in designing marriage, so that Christians and the church have clear and correct direction, guidance, compass, standards as an answer to the current phenomena which are eroding and obscuring and even misleading the true meaning of marriage that occurs in world today. The method used in this article is a qualitative library research method. The results of this research show several implications for Christians in the struggle to live a marriage according to God's design, namely: First, live according to the meaning and purpose of marriage designed by God. Second, restore and carry out the function of the family institution according to God's design. Third, leave father and mother and become one. Fourth, base your marriage on God. Fifth, grow, care for, develop and beautify and enrich marriage.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk memahami kembali maksud dan tujuan Allah merancang pernikahan, sehingga orang Kristen dan gereja memiliki arah, panduan, Kompas, standar yang jelas dan benar sebagai jawaban atas fenomena yang terjadi saat ini yang mengerus dan mengaburkan bahkan menyesatkan makna pernikahan sebenarnya yang terjadi di dunia saat ini. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode kualitatif riset pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa implikasi bagi orang Kristen dalam perjuangan menjalani pernikahan sesuai rancangan Allah, yaitu: <em>Pertama,</em> Hidup sesuai makna dan maksud pernikahan yang didesain Allah. <em>Kedua</em>, Mengembalikan dan menjalankan fungsi lembaga keluarga yang sesuai rancangan Allah. <em>Ketiga</em>, Meninggalkan ayah-ibu dan menjadi satu. <em>Keempat,</em> Melandaskan pernikahan pada Tuhan. <em>Kelima</em>, Menumbuhkan, merawat, mengembangkan dan memperindah serta pemperkaya pernikahan. </p> Yakub Hendrawan Perangin Angin, Tri Astuti Yeniretnowati Copyright (c) 2024 Yakub Hendrawan Perangin Angin, Tri Astuti Yeniretnowati https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal.sttrmk.ac.id/index.php/sttrmk/article/view/3 Thu, 02 May 2024 00:00:00 +0800